Saturday, May 3, 2008

Mempertemukan Polaritas Otak Kanan & Kiri


Meditasi/Pengalaman spiritual merupakan kegiatan otak kanan yang harus melibatkan rasa (harus dialami agar dimengerti) dan keyakinan (relatif tidak terjangkau oleh indera biasa dan intelektualitas). Ini berbeda dengan kegiatan otak kiri yang bertumpu pada logika dan membutuhkan bukti-bukti empiris serta berbagai syarat yang berlaku pada kalangan intelektual dan akademisi.

Perbedaan di atas seringkali menyebabkan komunikasi yang “tidak nyambung” antara kalangan intelektual (yang dominan menggunakan IQ) dengan praktisi/ pembimbing meditasi/Supranatural yang kebetulan hanya bertumpu pada keyakinan (SQ – Kecerdasan Spiritual). Untuk mendapatkan hasil yang baik, pembelajar spiritual perlu membuka diri/pikiran -nya dengan bertekad: ‘Mari kita kesampingkan dorongan hati yang hanya puas bila segala sesuatu masuk akal, dan mari kita ikuti petunjuk dari pembimbing spiritual dengan pikiran terbuka’.

Sebaliknya pembimbing spiritual perlu mengembangkan penjelasan-penjelasan yang masuk akal dalam memberi bimbingan spiritual. Dengan cara ini, dikotomi antara fungsi otak kiri dengan otak kanan dapat berubah menjadi bersifat Dialektis, yakni mempersandingkan dua hal berbeda tanpa mempertentangkannya untuk mendapatkan suatu pandangan yang baru. Dengan cara ini pula akan terjadi hubungan sinergistik antara fungsi otak kiri dan otak kanan yang memberi hasil lebih efektif dan lebih efisien, untuk berbagai sasaran dan tujuan.

Prinsip dari Meditasi/Doa adalah pemanfaatan enerji pikiran (the power of mind) dalam keterhubungan mikrokosmos (- seseorang) dengan makrokosmos (alam jagat raya) pada frekuensi yang sama. Bila proses berpikir seseorang didukung oleh enerji alam semesta yang jumlahnya tak terbatas, maka probabilitas akan hasil dapat meningkat secara tajam. Selain itu, alam jagat raya akan membantu proses penyelesaian masalah dengan berbagai mekanisme daur ulang yang ada padanya.

Dengan Meditasi/Doa, dominasi dari pikiran fisik akan menjadi berkurang, membiarkan kesadaran yang lebih tinggi untuk mengambil bagian dalam kehidupan. Karena dalam hidup sehari-hari pikiran yang paling banyak dipergunakan adalah pikiran fisik, pikiran ini dipengaruhi oleh pikiran bawah sadar.

Untuk mencapai kesadaran yang lebih tinggi salah satu caranya adalah dengan “Memprogram/Sugesti Pikiran Anda” dengan mengucapkan sebuah atau beberapa niat berulang-ulang secara santai. Dimana dengan mengucapkan niat beberapa kali (boleh didalam hati saja) secara santai, maka niat tersebut akan diterima oleh kesadaran yang lebih tinggi dan akan dilakukan.

Ingatlah bahwa kunci utamanya adalah Santai, karena saat melakukannya dengan kondisi yang tidak santai maka niat tersebut tidak akan sampai ke kesadaran yang lebih tinggi, dimana saat sedang tidak santai maka ego anda akan mendominasi secara penuh dan menutup jalur komunikasi dengan kesadaran yang lebih tinggi.

LOGIKA RASIONAL

Diri seseorang disebut mikrokosmos sementara alam jagat raya atau alam semesta dikenal dengan istilah makrokosmos. Mikrokosmos dan makrokosmos pada kondisi dan saat-saat tertentu berhubungan satu sama lain. Dalam suatu kegiatan doa terjadi proses pikiran yang bekerja, mendambakan atau memohon sesuatu yang diinginkan. Di sini terjadi penggunaan ‘Energi Pikiran’ yang berasal atau bersumber dari diri individu yang bersangkutan. Apabila mikrokosmos dan makrokosmos saling berhubungan maka energi pikiran yang bekerja pada saat itu tidak hanya bersumber dari individu yang bersangkutan. Ia didukung oleh energi alam semesta yang tak terbatas (kondisi spiritual). Dengan demikian kemungkinan (probabilitas) akan hasil yang akan dicapai menjadi berlipat ganda.

Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah; dapatkah, kapankah dan bagaimana mempertahankan kondisi di mana mikrokosmos berhubungan dengan makro-kosmos, atau diri individu berhubungan dengan alam semesta (the universe) dalam rentang waktu (durasi) tertentu sesuai dengan keinginan.

GELOMBANG ALPHA, PUSAT ENERGI PIKIRAN

Otak dan pikiran manusia bekerja dengan getaran gelombang atau frekuensi tertentu, tergantung suasana hati dan kondisi dari masing-masing individu. Frekuensi ini dapat diukur dengan alat electro encephalograph (EEG).

1. Gelombang antara 14 – 21 getaran (cycle) per detik disebut gelombang BETA di mana kita umumnya berada dalam keadaan terjaga/sadar penuh, melakukan aktivitas atau tindakan sehari-hari, atau disebut juga outer conscious level. Pada level ini kita berada pada alam jasmani (physical world).

2. Gelombang antara 7 – 14 disebut gelombang ALPHA yang dikenal juga sebagai alam spiritual (spiritual world), atau berada dalam inner/sub conscious level. Pada gelombang ini ditambah beberapa tingkat di bawahnya terletak pusat bekerjanya pikiran. Pada level ini kita berada dalam keadaan setengah tertidur.

3. Gelombang antara 4 – 7 disebut gelombang THETA, di mana bekerja mekanisme persepsi di luar indra atau extra sensory perception (ESP), tempat bekerjanya intuisi.

4. Gelombang antara 0 – 4 disebut gelombang DELTA yang merupakan alam tidak sadar atau unconscious level.

Alam semesta (the universe) mempunyai gelombang frekuensi yang konstan pada 10 getaran per detik. Apabila kita turun dari frekuensi 20 (dalam keadaan terjaga dan sadar) menjadi lebih tenang, damai dan santai (rileks) menuju frekwensi 10, pada frekwensi 10 inilah kita (mikrokosmos) berhubungan dengan alam jagat raya (makrokosmos). Gambaran analoginya adalah, bila radio penerima di rumah disetel pada frekuensi yang sama dengan frekuensi dari stasiun pemancar tertentu, maka program yang dipancarkan akan terdengar pada radio tersebut. Bila gelombangnya digeser maka siarannya akan hilang.

Salah satu praktek doa pada umat Islam yang ditujukan pada solusi dari suatu masalah yang berat adalah sembahyang tahajud. Sembahyang ini dilakukan di sekitar atau lewat tengah malam. Bila dirujuk pada konsep di atas, situasi atau suasana ini akan cocok dengan keadaan yang mendukung posisi frekuensi 10 getaran per detik, atau gelombang alpha, yakni keadaan antara tertidur dan terjaga.

Membaca Cepat

Salah satu teknik membaca cepat adalah dengan berusaha membaca beberapa blok kata sekaligus. Dan ternyata menurut riset Cambridge University, hal tersebut memang bisa karena otak kita membaca kata-per-kata, bukan huruf-per-huruf.

Coba baca tulisan berikut yang sengaja dibuat salah susunannya.

Atruan Hruuf Dlaam Ktaa Tiadk Penitng

Wlauaupn sdauuh bsabnag, bariin sjaa…

Murenut sautu pelneitian di Uinervtisas Cmabridge, atruan hruuf dlaam ktaa tiadk penitng.

Ckuup huurf petrama dan trekahhir ynag ada pdaa tepmatyna. Siasyna bsia dtiluis bernaatakan, teatpi ktia daapt mebmacayna. Ini dsieabbkan kaerna oatk ktia tdiak mebmcaa huurf per hruuf, nmaun ktaa per ktaa. Laur bisaa kan?

Skearang klaau pkaai bhasa Ignrgis:

“I cdnoult blveiee that I cloud aulaclty uesdnatnrd what I was rdgnieg: THE PAOMNNEHAL PWEOR OF THE HMUAN MIND. Aoccdrnig to a rscheearch at Cmabridge Uinervtisy, it doesn’t mttaer in what oredr the ltteers in a word are, the only iprmoatnt thnig is that the frist and lsat ltteer be in the rghit pclae. The rset can be a taotl mses and you can stlil raed it wouthit a porbelm. This is bcuseae the huamn mnid deos not raed ervey lteter by istlef, but the wrod as a whloe. Amzanig huh?”

Salah satu pendapat tentang hal itu menyatakan bahwa menurut teori ‘asociative memory’ otak banyak bekerja dengan cara mengasosiakan suatu informasi dengan informasi yang lain yang sudah tersimpan. Kemampuan membaca kalimat yang salah letak tersebut dikarenakan otak kita merekonstruksi kata tersebut dengan ingatan yang sudah terdapat dalam otak kita. Dengan demikian, bila menemui kata baru maka bisa tetap mengalami kesulitan baca, atau terjadi salah mengartikan.

Teknik-teknik sederhana dengan bantuan tangan juga cukup membantu meningkatkan kecepatan membaca. Tentu saja perlu diperhatikan untuk tetap menjaga keutuhan pemahaman atas isi bacaan.

No comments: