Tuesday, January 27, 2009

Kala Pawang Hujan Berkomunikasi dengan Alam



Dua pawang hujan, Akie Setiawan (38) dan Taufik Hidayat (35), berdiri berbaris dengan wajah menengadah. Kaki diregangkan. Mulut komat-kamit menyeru doa. Kedua tangan mereka digerak-gerakkan seperti sedang menyibak awan. Dua menit berlalu, awan yang menutupi matahari pun menyingkir dan sinar matahari terasa menyengat di kuduk.
”Bisa dilihat sendiri, terbukti kan?” tanya Akie tersenyum. Ia tampaknya tidak butuh jawaban. Akie merasa perlu membuktikan kepiawaiannya menggeser awan demi meyakinkan lawan bicara bahwa kerja pawang hujan itu tidak main-main.
Akie dan Taufik adalah dua pawang hujan di Yayasan NurSyifa’, Kalipasir, Jakarta Pusat, yang telah berpraktik sejak lima tahun lalu. Siang itu keduanya beraksi di atap gedung yayasan.
Selama ini Akie biasanya dibantu dua teman saat prosesi pengalihan hujan. Ia bertindak sebagai imam dan dua temannya sebagai makmum. Jika dilakukan bertiga, kerja terasa lebih enteng.
Prosesi yang dilakukan pawang hujan bisa berbeda-beda, begitu pula media perantara yang dibutuhkan. Jika Akie cukup dengan doa dan sejumlah gerakan, pawang lain warga Palmerah, Jakarta Pusat, sebut saja Titin, membutuhkan bokor berisi kemenyan, garam, lisong, kapur, pinang, dan sirih.
Titin biasanya meminta klien membuang nasi satu genggam ke atas genting dan membuang lisong, kemenyan, kembang, dan kapur ke sungai. Ia cukup mengawal di rumahnya sendiri. ”Elu tinggal minta agar hujan tidak turun satu hari, seminggu, terserah elu,” kata Titin yang mengaku mendapat ilmu menangkal hujan dan ilmu supranatural lainnya dari Banten.
Beda lagi dengan Wagiman Sidharta (56), pawang hujan warga Klender, Jakarta Timur. Ia mensyaratkan 3-5 kaleng bir sebagai mediator. ”Saya cukup duduk sambil berdoa. Bir itu tak ubahnya air putih buat saya,” kata pawang yang sudah puluhan kali ”menyelamatkan” lapangan sepak bola dari guyuran hujan, seperti pada ajang Piala Tiger, Piala Asia, dan sepak bola antarklub di Lebak Bulus.
Soal bir ini, ada satu cerita. Pernah dalam sebuah acara, panitia memberi bir yang belum dibayar kepada Wagiman. Akhirnya turun hujan. Lalu, sewaktu berlangsung pertandingan sepak bola antarmedia massa se-Jawa-Bali, seorang teman mendadak menenggak segelas bir di sampingnya. ”Saya bilang, sebentar lagi hujan, dan hujan beneran. Saya enggak tahu ini apa, tapi bir sudah menjadi lantaran,” kata Wagiman, yang dalam melalukan ritual mengaku dibantu makhluk lain.
Gemar berpuasa
Umumnya para pawang belum mengetahui kemampuannya sampai kemudian mencoba dan ternyata manjur. Wagiman, yang sejak lahir tidak pernah makan semua jenis hewan dan sejak tahun 1983 tidak pernah makan nasi, mengaku tidak tahu kapan diberi kemampuan itu. Satu yang ia percaya, ini ada kaitannya dengan kegemarannya berpuasa sejak bujangan.
Ia pernah berpuasa Senin-Kamis hingga tujuh bulan. Ia juga berpuasa tiga hari pada setiap hari kelahiran atau weton (hitungan Jawa) yang berarti 35 hari sekali. Ia bahkan pernah puasa tujuh hari tujuh malam tanpa makan apa pun, kecuali air putih. Wagiman juga berpuasa ngrowot (hanya makan sayuran), puasa mutih (hanya nasi), dan ngalong (hanya buah-buahan) masing- masing selama 40 hari.
”Puasa itu selain badan enak, batin pun tenang dan peka,” kata Wagiman, yang selama berpraktik tidak pernah mematok tarif tertentu alias seikhlasnya.
Berpuasa juga dilakukan Akie, Taufik, dan Hamzah, pawang hujan asal Sleman, Yogyakarta, lulusan Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada. Mereka terbiasa shalat malam serta berzikir.
Puasa hanya satu hal. Ada beberapa fase yang harus diikuti, seperti dilakukan Akie dan Taufik. Tahap pertama adalah Pembersihan Diri, yakni dengan berzikir. Fase kedua adalah Terapi Buka Aura yang dipimpin Ketua Yayasan NurSyifa’-Reno Wilopo dan ketiga adalah Pelatihan Pawang Hujan. Setiap malam mereka harus shalat tahajud dan setiap pagi shalat dhuha. ”Setelah itu, akan terlihat siapa yang berbakat dan siapa yang tidak,” kata Akie.
Mengalihkan hujan
Nah, kalau ramalan cuaca dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika kadang-kadang meleset, apakah pawang hujan bisa menjadi ”tersangka”? Mereka spontan menyangkal. ”Kami ini bukan mengubah cuaca, tetapi memindahkan hujan ke tempat lain. Jadi, hujan tetap turun. Sama seperti BMKG, saya pun pernah gagal,” kata Wagiman.
Akie juga mengaku pernah gagal sehingga turun gerimis meski itu terjadi saat mendung benar- benar pekat. ”Bayangkan, saya harus menahan dari pagi sampai malam. Sangat melelahkan,” katanya. Akie juga pernah ”bertempur” dengan pawang lain sewaktu resepsi pernikahan. ”Saya buang ke selatan, dia ke utara, jadi berbenturan di tengah. Terjadi percikan api dan kilat. Mendung tebal sekali, tapi hujan turun deras setelah acara selesai,” tuturnya.
Pengalihan Hujan adalah wujud komunikasi antara manusia dan alam. ”Semua orang bisa. Pernah enggak merasa gerah saat hujan mau turun? Itu sebuah bentuk komunikasi, disadari atau tidak. Soal arah angin, itu gampang sekali kita rasakan,” ujar Hamzah.
Memang, untuk ”menyuruh” awan menyingkir, ada komunikasi khusus yang perlu dilatih. Bagi Hamzah, ilmu mengalihkan hujan ini bisa juga disebut sebagai ilmu yang melampaui hal kasat mata, sebagai ilmu yang metafisik.
Maka, bisa dimaklumi kalau para Pawang Hujan ini pun mampu Meramal Jodoh, membaca Aura, hingga Memburu Hantu.
*Perhatian, Kami di NurSyifa’ tidak melayani Meramal Jodoh.
Sumber :
Koran Harian Kompas dan www.kompas.com




Terapi NurSyifa' membantu Anda untuk mewujudkan Kemampuan Bathin yang Adi Kodrati dan mendapatkan Kehidupan yang lebih baik serta Meraih Kesuksesan dan Kebahagiaan Dunia Akherat. 
Kalaupun anda sedang dilanda Permasalahan dan Bermasalah (Pusing, Bingung, Stres, Cemas, Takut, Was-was, Gelisah, Galau, Emosi Tinggi, Mudah Marah, Sensitif, Sedih, dll). 
Maka segeralah Konsultasikan Masalah tersebut agar jangan sampai Bertambah Parah bahkan Kronis yang tentunya sangat Tidak di Harapkan dan dapat Menghancurkan Masa Depan serta Kehidupan anda.
Konsultasikan Segala Permasalahan anda segera dengan mas Reno Wilopo 08561236269 (Biaya Konsultasi  + Terapi + Solusi + Pelatihan utk Memampukan Diri selama 1-2 jam,  mulai dari Rp. 500.000,-  Dengan Perjanjian waktu terlebih dahulu).

Mau AURA anda menjadi Lebih Baik Lebih Bercahaya, Mau Kehidupan anda menjadi Lebih Baik Lebih Berlimpah Rejeki….Mari Ikuti Program Buka Aura Nur Ilahi


Baca Selengkapnya......

Sunday, January 25, 2009

Video Pelatihan Pawang Hujan NurSyifa'


PAWANG HUJAN
Pawang hujan bukan menghentikan hujan akan tetapi memindahkan hujan ketempat yang lain seperti : ke gunung, lembah, laut atau hutan karena ada sesuatu hajat atau hujan itu mendatangkan mudharat.
Berdasarkan Hadits diatas dapat diambil kesimpulan secara metoda hikmah:
1. Meneliti terlebih dahulu kondisi langit
2. Hujannya memberi mudharat
3. Memohon kepada Allah
4. Tawassul kepada Nabi Muhammad
5. Memindahkan hujan pada tempat lain seperti pegunungan, lembah-lembah atau hutan dengan berdoa kepada Allah.
Memohon Memberhentikan hujan berarti menolak rahmat Allah yang dibutuhkan oleh semua alam seperti:manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan dan bumi dan menghambat permohonan manusia yang sedang menjalankan Istisqo sesungguhnya hanya Allah yang dapat memberhentikan hujan.
" Maka Aku berkata : Minta ampunlah kepada Tuhan kamu sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun. Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan hebat" (QS. Nuh :10-11).
Syaikh Syarbini Khatib berkata : " Terkadang menolak hujan dengan melakukan perbuatan sebaliknya".
" Janganlah satu kaum enggan memberikan zakat melainkan terhambat untuk mereka hujan " (HR.Baihaqi ).



Baca Selengkapnya......