1. Definisi
dan Dalil Zikir
Zikir menurut konteks
bahasa mengandung beberapa pengertian, mengandung arti “Menceritakan”
(QS.Marayam:56), ”Al-Qur’an” (QS.Al-anbiya:50), ”Shalat” (QS.Al Baqarah:239),
“Wahyu” (QS.Al Qamar:25) dan sebagainya.
Arti zikir yang
sebenarnya adalah suatu cara/media untuk menyebut/mengingat nama Allah, jadi
semua bentuk aktivitas yang tujuannya mendekatkan diri kepada Allah dinamakan
zikir seperti shalat (QS.Thoha:14), tetapi lebih spesifik lagi zikir dibatasi
dengan kata mengingat Allah dengan lisan dan hati. Dalil berzikir (QS.Al
Ahzab:41), (QS.Al Baqarah:152). ”Siapa
yang ingin bersenang–senang ditaman syurga, perbanyaklah zikir”
(HR.Thabrani).
2. Sebutan
dan Nama dalam Zikir
Untuk mempermudah mengingat zikir para
ulama memberi sebutan zikir yang digunakan dalam keadaan tertentu.
Basmalah (Bismillaahirrahmaanirrahiim) : diucapkan setiap memulai sesuatu
Hamdalah/Tahmid (Alhamdulillaah) : diucapkan setiap mengakhiri sesuatu
Istighfar
(Astagfirullah)
: diucapkan ketika melihat/mendengar sesuatu yang tidak diinginkan atau untuk
memohon ampun
Hauqalah (Laa haula
walaa quwwata illaa billah) : diucapkan ketika melihat/mendengar sesuatu yang
dibenci
Al masyiah (Maasyaa
Allah)
: diucapkan apabila ingin mengerjakan sesuatu
yang hebat atau ajaib.
Tahlil/Syahadah
(Asyhadu Allaa ilaaha Illallaah Wa Asyhadu Anna Muhammadar Rosulullah) : diucapkan ketika
memasukkan orang non muslim kedalam agama islam/bacaan wajib bagi orang muslim
didalam shalat.
Tasbih (Subhaanallah) : diucapkan ketika
melihat atau mendengar kekuasaan Allah.
Pemberian
nama dalam zikir biasanya diberikan nama orang yang pertama mendapatkan zikir
atau orang yang yang menyusun zikir-zikir dalam satu susunan , seperti Hijib
Nawawi zikir yang ditulis oleh Syeikh Nawawi Al-Bantany, Ratib Al-Haddad zikir
yang disusun oleh Al habib Alawi Al Haddad, Ratib Al-Aththas zikir yang disusun
oleh Al Habib Ali bin Husain Al aththas….dst.
Memahami Makna Zikir.
3. Anggota Tubuh
dalam Zikir
Pada
hakikatnya semua anggota tubuh manusia dapat digunakan sebagai zikir asalkan
digunakan untuk bersyukur atau mendekatkan diri kepada Allah, seperti shalat,
puasa dan pergi haji . Tetapi para ahli tasauf membagi zikir itu dalam dua
bagian:
1. Zikir Billisan : berzikir dengan
menggunakan lidah dan menggerakkan kedua bibir (QS.Annisa:103). Mu’az bertanya
kepada Nabi tentang amal yang paling utama, Nabi menjawab: ”Sampai mati lidahmu basah dengan berzikir kepada Allah” (HR.Al
Baihaqi). Dalam Hadits Qudsi dikatakan : ”Saya
selalu bersama hambaku apabila ia mengingatku dengan menggerakkan kedua
bibirnya”.
Berzikir dengan lisan ada dua cara:
1.
Sir : berzikir dengan
suara perlahan sekiranya hanya terdengar oleh telinga orang yang berzikir,
orang tasauf menamakan zikir ini adalah
“Azzikru Bissirry” yang merupakan cara berzikir yang paling Afdhol (QS.Al
Araf :204).
2.
Jahar : berzikir dengan
suara keras sekira terdengar telinga orang yang berzikir dan orang yang
didekatnya.
2. Zikir Bilqolbi : berzikir dengan
menggunakan hati dan sama sekali tidak terdengar oleh telinga (QS.Ali
Imran:135), (QS.Arrad:30).
Setiap
zikir Billisan dan Bilqolbi mempunyai kelebihan dan kekurangan. Zikir billisan
dengan suara jahar kelebihannya disamping berzikir secara tidak langsung dapat
mengajarkan orang yang disekitarnya untuk mengikuti zikirannya seperti zikir
sesudah shalat Fardhu yang dipandu oleh imam.
Sabda Nabi : ”Siapa yang mengajarkan/ menunjukkan seseorang dalam kebaikan pahalanya
sama dengan orang yang mengerjakannya”, tetapi kekurangannya dekat
kemungkinan menjadikan orang yang berzikir menjadi Riya (rasa ingin dipuji) dan
Ujub (merasa dirinya lebih dari orang lain), kecuali orang–orang yang
dipelihara oleh Allah. Zikir dengan Sir atau Bilqolbi pahala dan zikirannya
hanya untuk orang yang membaca zikir tersebut, tetapi jauh kemungkinan
menimbulkan sifat yang buruk.
4.
Jumlah dalam Berzikir
Pada
hakikatnya Allah menyuruh hambanya banyak berzikir dan jangan sampai lalai
kepadaNya dalam sedetikpun (QS.AL Ahzab:41), bahkan termasuk golongan orang
munafik yang sedikit zikirnya (QS.Annisa:42), tetapi ada zikir yang dibatasi
dengan jumlah tertentu karena mempunyai keistimewaan dan ada maksud tertentu.
Sabda
Nabi : ”Aku beristighfar sehari semalam
100 kali“. Istighfar ini menunjukkan rasa syukurnya beliau dijadikan Nabi
yang Makshum (terbebas dari dosa). ”Siapa yang membaca : Laa ilaaha illalloh wahdahu laasyariilalah lahul mulku wahul hamdu
wahuwa alaa kulli syai’in qodiir, sehari 200 kali maka orang-orang yang
sesudah dan sebelum-mu akan selalu
berbuat baik kepadamu”. Jumlah zikir dengan bilangan tertentu sering dipakai
oleh para Ahli Thariqah dan Ahli Hikmah, karena mempunyai kelebihan dan tujuaan
tertentu, seperti membaca Shalawat “Kamilah” 4444 kali dengan maksud
keselamatan dan benteng dari musuh. Angka-angka
yang mereka tentukan berdasarkan dari hasil Mujahadah (kesungguhan jiwa) dan
Riyadhah (latihan jiwa) dalam menjalankan tasawuf.
5. Kondisi dalam
Berzikir dan Larangannya.
Pada
dasarnya berzikir tidak dibatasi dengan sesuatu apapun, karena mengingat kepada
Sang Pencipta tidak boleh dibatasi oleh apapun,
kecuali ada hal-hal tertentu yang dilarang untuk mengerjakannya.
Berzikir boleh dilakukan dalam kondisi berdiri, duduk atau berbaring
(QS.Annisa:102). Ibnu Abbas berkata : ”Ayat
ini mengandung pengertian boleh berzikir pada waktu siang atau malam, didaratan
atau dilautan, sedang bepergian dalam kendaraan atau disuatu tempat dan dalam
kondisi apapun seperti, sakit atau sehat, sendiri atau ramai“.
Larangan dalam
berzikir,
Zikir
Bilqolbi tidak ada larangan sama sekali, tetapi zikir Billisan mempunyai
beberapa larangan tertentu :
1.
Berzikir
pada tempat yang bernajis seperti WC atau kamar mandi.
2.
Wanita
yang sedang Haidh atau orang yang sedang junub (hadats besar) dilarang membaca
sesuatu yang diambil dari Al Quran, seperti Basmalah atau Innalillahi wainna ilahi roojiun dengan maksud membaca Al Quran
(QS.Al waqiah:79). Sabda Nabi: ”Tidak
boleh ada yang menjamah Al quran kecuali orang yang suci”
3.
Orang
yang sedang menjalankankan maksiat kepada Allah, seperti sedang berjudi,
berzina atau meminum-minuman keras dengan maksud mengejek Allah.
6. Mashdar zikir
Mashdar
zikir artinya tempat/sumber pengambilan zikir yang kita peroleh dan kita
amalkan. Mashdar zikir ada dua :
1.
Ma’tsur yaitu sumber
pengambilan zikir dari Al Quran atau
Assunah. Banyak zikir –zikir atau doa yang tertera didalam Al Quran dan yang
diajarkan oleh Nabi Muhammad, seperti (QS.Al Baqarah :156) dan Hadits diatas.
Berzikir secara Ma’tsur lebih utama daripada yang bukan Ma’tsur, karena
sumbernya langsung dari Allah dan Rasul.
2.
Gairu Ma’tsur yaitu sumber
pengambilan zikir dari para ulama tasauf atau Ahli Hikmah yang tidak ada
didalam Al Quran atau Assunah, seperti zikir Asmaul A’dzom, hizib, dll.
Mengamalkan zikir Gairu Ma’tsur sebaiknya dengan memakai Ijazah (QS.AL
fathu:10) agar silsilahnya sampai kepada Nabi yang Ma’tsur, karena pada umumnya
para ahli tasauf mendapatkan zikir dari Nabi secara gaib walaupun secara fisik
Nabi sudah wafat, tetapi pada Hakikatnya beliau masih hidup
7. Tingkatan Orang
yang Berzikir.
Meskipun
manusia diciptakan Allah dengan sempurna, tetapi ada manusia yang paling mulia
disisiNYa yaitu manusia yang paling bertaqwa
(QS.Al Hujarat:15) dan mereka yang mendapatkan warisan ilmu dari Allah (QS.Al
Mujadalah:11).
Sabda
Nabi : ”Siapa yang mengamalkan sesuatu
yang ia dapatkan (dari Allah dan Rasul) maka Allah wariskan pengetahuan yang
tidak pernah diketahui (orang)”.
Dalam
ilmu tasauf orang terbagi atas dua golongan: Pertama : Orang Awam yaitu golongan yang derajatnya belum
mencapai Ma’rifat, golongan awam zikirnya hanya sebatas menyebut/mengingat
Allah semata. Kedua: Orang Arifin yaitu golongan yang derajatnya sudah mencapai
Ma’rifat, bagi orang Arifin berzikir wajib hukumnya, bila sekejap mereka lupa
kepada Allah maka berdosa baginya dan zikirnya bukan sekedar menyebut/mengingat
Allah akan tetapi mendekatkan diri kepada yang
Zat yang maha Esa, seperti Zikir Asma’ul ‘Adzom dan zikir Nafi–Itsbat.
Seorang sufi berkata: ”Jika keinginanku
terlintas bukan kepada-MU dan hatiku lalai akan zatNya maka aku hukumkan diriku
telah murtad”
8. Halaqah Zikir atau
Majlis Zikir
Salah
satu cara untuk mendawamkan (kontinyu) berzikir dengan membuat Halaqah (Forum)
atau Majlis zikir, minimal dua orang atau lebih. Majlis zikir disamping untuk
memberi semangat dalam berzikir juga mengajak orang lain untuk berzikir.
”Tidaklah sekelompok
orang berzikir kepada Allah disatu majlis melainkan mengelilingi malaikat dan
menurunkan rahmat kepada mereka, maka Allah ingat kepada mereka siapa saja yang
ada disisinya” (QS.Ali
Imran:104). Para sufi apabila ingin berzikir sendiri maka ia membuat “Jawiyah” yaitu tempat/pojok khusus untuk berzikir dan bila berzikir
dilakukan bersama-sama maka mereka membuat “Ribath”
yaitu majlis/ pesantren khusus untuk zikir bersama.
9. Faedah Berzikir
Setiap
zikir yang dibaca oleh seseorang mempunyai manfaat yang besar didunia dan
akhirat. Diakhirat mendapat pahala sebagai balasannya adalah syurga, didunia
zikir dapat menenangkan jiwa dan dapat dijadikan sebagai renungan yang
aplikasinya adalah taqwa (QS.Arrad:30), (QS.Azzariyat:55), (QS.AL’ala:9).
Menurut
ahli kebathinan orang yang berzikir dengan khusyu dan memakai ritual tertentu
zikir tersebut mempunyai pengaruh besar pada raganya, sehingga seseorang yang
berzikir jasadnya kuat atau dapat melambung keatas. Umar bin Khaththab ketika
beliau terkena anak panah kakinya pada suatu peperangan maka dicabut anak panah
tersebut pada waktu beliau sedang shalat agar tidak terasa sakit.
Kata
orang Hikmah : Asma Allah atau Al Quran setiap hurufnya mempunyai khadam (penjaga) yang tersembunyi
didalamnya yang suatu saat khadamnya dapat dipanggil dan diperintah oleh orang
yang berzikir. ”Jangan engkau katakan
“ALIF-LAM-MIM” satu rangkaian huruf akan tetapi Alif Lam Mim adalah Alif
satu huruf, Lam satu huruf dan Mim satu huruf. Nabi menjelaskan bahwa setiap
satu huruf Al Quran yang dibaca mengandung pahala jika dibaca dengan benar,
jika dibaca dengan salah maka Al Quran tersebut malah mengutuknya.”Berapa banyak orang yang membaca Al Quran
sedangkan Al Quran malah mengutuknya”.
Orang
Hikmah menganggap semua huruf “Hijaiyyah”
disamping mengandung pahala juga mempunyai khadam karena Al Quran, zikir, doa,
Asma Allah dan bacaan lainnya tersusun
dari huruf-huruf tersebut. Yang
sebenarnya khadam yang ada pada zikir adalah para Malaikat yang selalu
mendekati orang yang sedang berzikir. ”Tidaklah
sekelompok orang berzikir kepada Allah didalam majlis melainkan mengelilingi
para Malaikat sambil menurunkan rahmat kepada mereka, Allah selalu ingat kepada
mereka siapa saja yang ada disisiNya”.
No comments:
Post a Comment