Manusia sering lupa atau “pura-pura” lupa bahwa semua yang ia miliki sebenarnya bukan miliknya. Harta, tahta, keluarga dan semua yang ada digenggaman kita hanyalah titipan saja. Bahkan diri kita pun sebenarnya bukan milik kita dan bukan dalam kekuasaan kita.
Imam Ali bin Abi tholib pernah ditanya, “Bagaimana engkau mengenal Tuhanmu?”
Beliau menjawab, “Dengan gagalnya rencana-rencana, maka aku yakin bahwa diriku ada yang mengatur dan bukan dalam kekuasaanku.”
Semua ini hanyalah Titipan, namun dalam Hadist Qudsi-Nya, Allah Berfirman,
“Wahai anak Adam, engkau selalu mengatakan hartaku hartaku. Bukankah harta itu ketika kau makan akan sirna, ketika kau pakai akan lapuk dan ketika kau berikan baru akan kekal.”
Mereka tidak sadar bahwa semua itu Milik Allah swt,
“Dan berikanlah kepada mereka sebagian dari harta Allah yang Dikaruniakan-Nya kepadamu.” (QS.an-Nur:33)
Mereka tak sadar bahwa semua itu adalah Amanah dari-Nya,
“Dan infakkanlah (di jalan Allah) sebagian dari harta yang Dia telah Menjadikan kamu sebagai penguasanya (Amanah).” (QS.al-Hadiid:7)
Dengan jelas Al-Qur’an Menggunakan kata “Harta Allah” sebagai simbol bahwa sebenarnya manusia tak memiliki apa-apa. Lalu jika kita ditanya, apa buktinya semua ini hanyalah Titipan?
Buktinya sangat gamblang, bukankah kita sering melihat seseorang yang diwaktu pagi kaya raya dan sore harinya tiba-tiba jatuh miskin tak bersisa? Bukankah kita menyaksikan seorang yang tubuhnya sehat kekar kuat tiba-tiba menjadi lemah sakit tak berdaya?
Jika Allah Berkehendak, Dia dapat mencabut semua Titipan Nya itu dalam sekejap mata. Masihkah kita berpikir semua Kenikmatan itu benar-benar milik kita?
Sadari dan Pahami bahwa kita tidak memiliki apa-apa, semua adalah Milik Allah semata. Pemahaman ini jika benar-benar direnungkan secara mendalam akan memberikan efek yang luar biasa dalam hidup kita. Akan Dapat Mengubah Hidup kita.
Dan pemahaman yang dapat diambil adalah :
1. Jika semua kenikmatan itu bukan milik kita, maka gunakanlah sesuai keinginan pemiliknya. Jika kita menggunakannya untuk sesuatu yang tidak disukai sang pemilik, maka sama saja kita sedang merampas sesuatu yang bukan milik kita.
2. Jika semua kenikmatan itu hanya titipan, maka kita akan berlomba untuk berbagi dan saling membantu. Karena semua itu bukan milik kita, lantas kenapa harus pelit untuk berbagi?
3, Jika semua anugerah itu hanya titipan, kita tidak akan merasa sombong. Untuk apa bangga diri dengan sesuatu yang bukan milik kita?
4. Jika semua itu hanya titipan, kita akan memiliki batasan untuk menggunakannya. Jika kita semena-mena, bukankah Allah Mampu Mencabut kenikmatan itu dalam sekejap?
Namun kita patut bersyukur karena memiliki Tuhan yang Ya Arhamar Rahimin (duhai yang paling Maha Penyayang diantara Para Penyayang). Coba bayangkan, Dia hanya Menyuruh kita mengeluarkan sedikit dari harta titipan tersebut. Selebihnya silahkan digunakan dan dinikmati.
Bahkan tak hanya itu, jika kita mau berbagi, Allah akan Menggantinya bahkan Melipatgandakan balasannya. Walaupun sebenarnya harta itu adalah Milik-Nya. Adakah yang lebih Penyayang dari Allah swt?
No comments:
Post a Comment